Senin, 25 April 2016

                                    SECAWAN TEH
                                                                        ***
            Sinar Mentari pagi menyelusup melewati ventilasi jendela kamarku, aku perlahan membuka kelopak mataku tenyata pagi telah datang menyambut kebangkitanku. Pagi memang selalu menggairahkan diantara potongan 24jam sehari, bagiku pagi adalah waktu paling indah. Ketika janji-janji baru muncul seiring embun menggelayut di ujung dedaunan. Ketika harapan-harapan baru merekah bersama kabut yang mengambang di persawahan hingga nun jauh di kaki pegunungan. Pagi, berarti satu hari yang melelahkan telah terlampaui lagi. Pagi, berarti satu malam dengan mimpi-mimpi yang menyesakkan terlewati lagi, malam-malam panjang, gerakan tubuh resah, kerinduan, dan helaan napas tertahan. Seketika pandanganku mencari cari benda berbentuk lingkaran yang terdapat di dinding kamarku, setelah aku menemukannya aku mencoba memfokuskan pandanganku kea rah jarum jam itu, tenyata pukul 05.45 , Oh tuhan aku kesiangan seketika  langsung ku bergegas menuju ke kamar mandi untuk membasuh tubuh ini.
Seperti biasa setelah aku bersiap menjalankan kewajibanku untuk menimba ilmu, hidangan makan pagi sudah ada dimeja makan menantiku. Rutinitas ini memang tak bisa ditinggalkan lagi, makan pagi memang sangatlah penting untuk asupan otak untuk memulai aktifitas yang mengguras otak, kembali. Setelah dirasa cukup, aku langsung bergegas untuk berangkat menimba ilmu karena tuntutan pendidikan. Seperti biasa ayahku tersayang yang mengantarkaku untuk datang ketempat yang mengharuskanku untuk menimba ilmu. Dan sekarang ia telah menanti.
“Audine cepat, nanti kamu terlambat?” kata ayahku yang seolah seperti membentak
“ Iya, Ayah sebentar Audine sedang memakai sepatu, yah.” Akupun tergesa tegesa saat mengenakan sepatu khawatir jikalau ayah marah jadi, aku mengenakan sepatuku secepat yangku bisa.
“Sudah yah, mari berangkat.” Kataku seperti tayangan anak di televisi yang seolah tak sabar untuk mengajak ayahnya untuk segera berangkat. Ayah memang disiplin , beliau tak mau jika terlambat walu sedektikpun, katanya “Satu detik adalah emas, ayah tidak mau jika emas itu ayah cecerkan dengan semena-mena tak ada gunanya.” Itu yang sering ayahku lontarkan jika aku terlambat.
“Lain kali, bangunya lebih awal lagi yaa. Ayah tidak mau terlambat, terlamabat satu detik saja berapa hal yang terbuang sia-sia, bukan kamu saja yang tidak boleh terlambat ayah juga demikian.” Saran ayah padaku yang memang saat itu aku sedikit kesiangan.
“Iya, Ayah. Tadi Audien mengecek tugas Audien dulu untuk memastikan bahwa semuanya sudah dikerjakan dan tidak tertinggal.” Jelasku singkat kepada ayah.
“ Kalau mau mengecek lebih baik di malam hariketika kamu tidur ya Audien supaya kamu tidak gugup seperti tadi pagi. Lain kali, jangan diulangi lagi ya?”
“ Iya, Ayah. Audien janji akan melakukan seperti apa yang ayah katakana tadi.” Ucapku kepada ayah.
            Setelah perjalanan yang lumanayan lama, akhirnya sampailah di tempat dimana aku menimba ilmu untuk masa depanku. Setelah aku pamitan dengan ayahku, ayah langsung bergegas segera menuju kantornya. Akupun langsung masuk kesekolah dan tak lupa juga untuk absensi dengan menggunakan Fingerprint dan langsung masuk ke ruang kelas. Saat aku memasuki kelas seperti biasa kelasku ramai bak pasar menjelang lebaran.
“Memang ada tugas apa lagi, han?” tanyaku kepada Jihan teman sebangkuku
“Biasa tugas proyek Mom Austine.” Jawab Jihan singkat
“Untunglah aku sudah mengerjaknnya.” Jawabku tenang
 Teet.. teettt.. teett…
Bel bertanda masuk pun berdering, dan inilah saat dimana proses menimba ilmuku dimulai.
                                                                        ***
Teetttttttt…….
 Bel pulang berbunyi. Akupun segera bergegas keluar kelas untuk segera menuju halaman depan kelas dimana Om Rudi supir keluargaku sudah menantiku.
“Jihan, nanti jangan lupa ya kerumahku pukul 17.00, Oke.” Ucapku kepada Jihan
“Baiklah.” Jawab Jihan singkat
Aku langsung masuk kedalam mobil, dan Om rudi segera tancap gas untuk segera kembali ke rumah. Sesampainya dirumah, aku segera mandi dan mempersiapkan tempat untuk melakukan tugas proyek dari Mom Austine, lagi. Tak lama kemudian.
“Audine, ini ada Jihan.” Seru kak Widy dari bawah
“Iya, kak tunggu sebentar.” Sahutku dari ruang belajarku
Aku segera menghampiri Jihan dan mengajaknya menuju ruang belajarku. Jihan adalah teman terbaiku di kelas, dia pandai di ilmu matematika meskipun dia tidak mengikuti bimbingan. Ia bahkan selalu mendapat peringkat di kelas.
“Jadi, langsung saja yaa kita mulai. Sebentar ya, aku bersiap dahulu?” ujarku pada Jihan
“Iya silakan, tak apa?” jawabnya lirih
Setelah berpamitan kepada Jihan untuk bersiap, aku kembali ketempat belajar dengan membawa secawan teh dan makanan kecil lainya.
“Ya ampun , Audine udah tidak usah repot begitu. Kita kan mau belajar bukan mau nyemil?”
“ Tak apa jihan, inikan buat selingan saja?” timpalku pada jihan
“Baiklah, ayo kita segera memulai projret ini, nanti keburu malam loh?”
“Oke oke baiklah” 
Kamipun segera memulai project Mom Austine, awalnya kami tak mengerti apa maksud dari project tersebut. Akhirnya Aku dan Jihan mencoba-coba untuk memahami apa maksud dari project yang diberikan Mom Austine. Setelah kurang lebih 45 menit kamipun tahu apa yang dimaksud oleh Mom Austine, dan kami mulai mengerjakannya sampai sekitar jam 19.30.
“Yeee.. Akhirnya selesai jugaa.” Seruku pada Jihan
“Iya, Allhamdullilah yah akhirnya selesai. Ngomong ngomong hari sudah beranjak petang, sepertinya aku harus segera pulang.” Ucap Jihan sembari membereskan barang-barang kepunyaanya.
“ Hemm… baiklah, mari aku antar kedepan?” Akupun mengantarkan Jihan samapai kedepan rumahku.
“Umm, Jihan kamu kesini naik sepeda bagaimana jika aku antar saja kau sampai kerumah?” tawarku pada jihan.
“Tak apa Audine, aku sudah terbiasa mengayuh sepedahku dijalanan gelap seperti ini.”
“Tapi kamu perempuan han, tak sepatutnya perempuan bersepeda di jam malam seperti ini. Sudah, lebih baik aku antarkan saja.” Paksaku kepada Jihan
“ Tidak usah Audine, tak apa. Lagi pula kasihan juga Om Rudi ini sudah jamnya dia untuk beristirahat bukan. Alangkah baiknya aku segera pulang, aku pamit dulu Audine. Selamat malam” ucap jihan nyelonong begitu saja
“Tapii.. jihan tapi….?”
“Sudah beristirahatlah, byee.. Audine.”
Jihan pergi begitu saja tanpa menghiraukan perkataanku, akupun hanya terpaku melihatnya pulang begitu saja. Tapi apa boleh buat memang sifat jihan seperti itu, keras kepala.
                                                                        ***
            Seperti biasa pagi sekitar pukul 06.30 aku sudah disekolah, tiba tiba seorang lelaki paruh baya yang mendekatiku, aku sontak merasa kaget sekaligus takut menghadapinya.
“Emm… Permisi mba. Apa mba tahu mana ruang kelas Jihan?" lelaki paruhbaya itu mendekatiku dan menanyakan dimana kelas jihan.
“Emmm, jihan sekelas dengan saya, pak. Ada yang bisa saya bantu?” tanyaku bingung
“Kebetulan sekali, ini surat izin Jihan. Hari ini dia tidak masuk sekolah.”
“Jihan kenapa pak, sakit?”
“Iya, nak dia demam. Semalaman badanya panas, dan dia terus-terusan mengigau semalam. Kalau begitu, Bapak pamit dulu ya nak, mari.” Ucap Ayah Jihan dengan nada terburu-buru.
Belum sempat aku bertanya menyeluruh tentang keadaan Jihan, Ayahnya malah sudah lebih dulu pergi, mungkin Ayah jihan seperti Ayahku yang tak mau sedetikpun terlambat untuk bekerja.
            Hari ini sekolahku mengadakan kunjungan ke kawasan daur ulang botol dan gelas pelastik khusus untuk mata pelajaran kewirausahaan. Kami disana diajarkan bagaimana mengolah botol dan gelas pelastik bekas menjadi keseniaan yang berharga jual cukup tinggi. Kami diajarkan bagaimana cara membuat bunga, kincir angin, lampion, temapt pensil,tas dan masih banyak yang lainya.
            Saat aku sedang memilah botol bekas yang akan dibersihkan,tiba-tiba datang seorang lelaki paruh baya yang akan menjual botol bekas yang telah ia kumpulkan. Aku memangang wajah lelaki tua itu, seperti pernah melihat dimana, gumamku. Aku berusaha mengingatnya tapi aku tak bisa, akupun menghiraukanya dan melanjutkan apa yang sedang aku kerjakan kembali.
                                                                        ***
            Sepulang sekolah aku berniat menjenguk Jihan kerumahnya, akupun langsung memerintahkan Om Rudi untuk mengantarku ke kediaman Jihan. Sesampainya aku di kediaman Jihan aku langsung mengetuk pintunya, namun taka da sautan dari dalam. Berkali kali aku mengetuknya tetap saja taka da jawaban. Akhirnya akupun nekat untuk masuk kedalam rumah Jihan dan mencari-cari dimana kamar Jihan. Akhirnya aku menemukanya dan jihan sedang meringkuk kedinginan akupun menghampirinya dan mengecek suhu tubuhnya saat aku memegang dahinya sunggu panasnya melebihi keadaan biasa. Akupun panik dan segera menyuruh Om Rudi untuk memanggil dokter. Tak lama kemudian Om Rudi dan pak Dokter datang, dan langsung memeriksa kondisi Jihan.
            Ayah jihan pun pualang ke rumah dan syok saat tahu banwa aku sudah ada di rumahnya. Aku memandang wajah Ayah Jihan ternyata aku tahu siapa yang tadi datang ke kulak botol bekas tadi, ternyata Ayah Jihan. Ya tuhan, Sungguh mulia sekali hati Ayah jihan ini, ia setiap pagi berpakaian rapi menggunakan jas namun ternyata di balik itu ia hanya bekerja sebagai orang yang menjadi penyetor botol bekas. Ia melakukan ini semua hanya untuk membiayai Jihan dan ia tak ingin mengecewakan jihan bila ia hanya bekerja sebagai  penyetor botol bekas oleh karena itu ia setiap pagi berpakaian rapi.
            Melihat betapa gigihnya Ayah Jihan seketika mngingatkanku, Aku yang berasa dari keluarga yang berkecukupan saja jarang bersyukur kepada tuhan atas apa yang telah ia limpahkan. Dan dari kejadian ini aku sadar bahwa aku layaknya senatiasa terus berdyukur kepada tuhan, karena apapun pemberiannya pasti ada hikma dibalik itu semua.  Terkadang Hidup ini layaknya secawan teh. Tidak peduli seberapa pahit teh atau kopi tersebut tetapi selalu menyenangkan. Jika kita membuatnya dengan sepenuh ahti pasti akan lebih nikmat. Tidak terlalu manis juga tidak terlalu pahit, itulah makna sebuah hidup kita harus menikmati segala rencana tuhan yang di berikan kepada kita dan kita akan mendapatkan sebuah teh yang dapat menenangkan hidup kita.

                                                                        ***




Ditulis oleh : Winie Hindawati





Senin, 07 September 2015

Cerita Pendek

          TERNYATA.
                                                                     * * *
Angin dingin beringas merayap cepat kebagian tubuhku, akupun berusaha mengapai gapai selimut untuk menariknya kebagian tubuh. Namun kakiku malah yang didera angin, selimut kesayanganku tak sanggup lagi mengikuti pertumbuhan tubuhku yang kini sudah beranjak dewasa. Aku akhirnya mengalah dan akupun membuka mataku dan menatap jam dinding kamar yang berwarna kuning pucat. Tapi sayang, cahaya tak cukup membantu lensa mataku untuk melihat batang-batang petunjuk waktu itu. Akupun menyerah dan kembali memejamkan mataku.
Beep..Beep.. Beepp
Alaram pembangun yang sudah aku setel untuk membangunkanku pun berbunyi . Aku tahu jika ini sudah pukul 03.00 pagi, tadinya aku berniat bangun awal untuk menyelesaikan pekerjaanku, namun niatan itu kandas diterpa rasa kantukku, akupun memejamkan mataku kembali.
* * *
“Hay, Clary apa yang sedang kamu lakukan?”
Aku terkejut saat tiba-tiba Cristhina sahabat dekatku sudah ada tepat di depanku  saat aku sedang membereskan buku  yang terjatuh.
“Ummm.. Tak apa. Aku hanya sedikit gugup, seperti yang kau tau hari ini guruku Mr. Luis, kau pasti tau apa maksudku.”
“Hmmm.. Sudah aku duga, pasti seorang Clary ada apa-apanya jika barangkat awal begini.  Oiya sebaiknya….”
“Baik…. Sebaiknya aku duluan Crisy. Bye”
Karena gugup aku meninggalkan Cristhina yang terpaku, karena aku melongsong saja tanpa menghiraukan perkataanya, sembari aku melanjutkan langkahku menuju tempat pembelajaran.
“Hay, Clary?”
Lagi-lagi ada yang memanggilku, namun kali ini Luke yang memanggilku. Luke adalah laki-laki idaman di sekolah ini, namun aku tak mengidamkannya.
“Umm.. Hay luke? Maaf aku sedang terburu-buru”
Akupun bergegas meninggalkan Luke dan masuk kedalam kelas untuk bersiap mengikuti materi hari ini. Aku duduk di bangku tengah paling belakang. Tak lama aku duduk, Mr. Luis dating.
“Selamat Pagi, Benar ini jam saya?” Tiba-tiba Mr. Luis masuk kedalam kelas.
“Benar, pak.” jawab salah seorang dari kelasku, namun aku tak paham dia siapa mataku tak bisa melihat jelas ke arahnya.
“Baik, langsung saja. Sekarang kumpulkan project minggu lalu yang sudah saya berikan!”
Untung saja aku sudah mengerjakannya semalam, batinku. Semalam suntuk aku bergadang hanya untuk mengerjakan project dari Mr. Luis. Aku membuka tasku untuk mengambil project itu. Tapi ….. Oh tidakkkkk, projectku tertinggal di asrama. Yatuhan matilah aku.
“Untuk yang tidak mengumpulkan project, sekarang maju kedepan!”
Aku menyerahkan diri kedepan, meskipun sudah aku jelaskan kenapa ini bisa terjadi Mr. Luis tetap saja tidak percaya. Huft, begitulah.
“Sekarang sebagai hukumannya kamu berdiri didepan kelas sampai pelajaran saya selesai. Sekarang!” bentak Mr. Luis
Mr. Luis memang disiplin dan dia tidak mau kalau ada salah satu dari siswanya mengekang apa yang telah iya katakan. Apaboleh buat, yang aku tau saat itu hanyalah pasrah.
            Aku akhirnya berdiri di depan kelas.
            Karena terlalu lama berdiri tiba-tiba mataku berkunang kunang semuanya gelap seolah olah petang memangsaku, badanku lemas, tubuhku goyah dan.. Bruukkk. Terjatuh.
* * *
Aku perlahan membuka mata. Sontak akupun terkejut mengapa bisa ada di asrama? Projectku? Mr. Luis? Sebanarnya apa yang terjadi. Aku terus bertanya-tanya pada diriku sendiri.
Kreekkk…….
“Hey Clary, tumben baru bangun. Pasti habis bergadang yah.” Tanya Crishtina
“ Eehhh Christina, ohh iya Mr. Luis? projectku ? oh tidak! Aku terlambat.“ aku pun langsung teringat dengan tugasku.
“ Kamu kenapa Clary?.“  Christina heran sambil memegang kepalaku.
“ Aduh, kenapa aku bisa berada disini? Lalu bagaimana dengan projectku, aku harus segera bergegas ke sekolah.” Akupun langsung  ke kamar mandi. Tetapi, saat aku selesai mandi, Christina sudah ada di kamrku dan langsung mendorong badanku ke tempat tidur.
“ Hey Clary, apa kau sedang menggau? Atau kau sedang sakit sampai mengigau seperti ini? “ Tanya Christina dengan heran melihat tingkahku.
“Ah, sudahlah. Aku harus segera bergegas ke sekolah untuk mengumpulkan project dari Mr. luis, ini kesempatan terakhirku. “
“ Hah? kau ini belum sadar juga memang bakalan ada orang di sekolah hari ini?” Tanya Christina
“Ada, Mr. Luis sudah berjanji akan memberiku kesempatan kedua setealh aku selesai menjalankan hukuman darinya, aku harus segera bergegas.” Jawabku  kesal
“ Clary, mustahil disekolah ada orang hari ini, hari ini hari  libur, tidak mungkin Mr. Luis ada disekolah hari ini. Kamu hanya terbawa mimpi, Clary. “ Jelas Christina
Mendengar penjelasan dari Christina ,aku hanya menganguk-anguk berpura-pura mngerti apa yang sedang ia jelakan. Sekatika  aku berfikir benar juga yang dikatakan Christina tidak mungkin ada guru disekolah pada hari libur. Memang benar apa yang dikata Crishtina,  mungkin aku hanya kelelahan sehingga hal ini bisa terjadi.
                                                                        * * *
Aku bergegas berjalan menuju sekolah, dengan jalan tergesa gesa karena kesiangan. Namun, Saat sampai di sekolah pintu gerbang tertutup hanya ada satpam sekolah diposnya. Sial, lagi-lagi aku terlambat.
“Eh, non mau kemana? Sekolah ini kalau hari libur tidak boleh ada siswa yang masuk?”
“Loh bukanya hari ini hari senin? Bukanya hari libur itu kemarin?”
“Neng, neng , cantik-cantik ko pikun, hari ini hari libur. Nih, buktinya?”
Pak satpam itupun menunjukan Handphonenya, dan benar ternyata hari ini hari libur. Akupun mengalah dan berbalik badan menuju asrama kembali. Dipejalannan menuju asrama aku geram kepada Crishtina, tega sekali dia membohongiku.
“Tok.. tok.. tokk.. Cristhina…. Cris…. Cepat buka, sebenarnya apa maksudmu cris?”
“Emmm, ada apa Clary kau membangunkan tidurku saja?” jawabnya sambil mengucek-ucek mata
“Katamu kemarin hari libur, dan berarti hari ini hari senin. Sedangkan hari ini hari minggu! Sebenarnya apa maksudmu? Apa kau bermaksud membohongiku cris?”
“Loh memang hari ini hari minggu, perasaan aku tidak bicara apapun denganmu kemarin. Bukannya kemarin kamu seharian tidur dikamar?”
“Hah? Bukankah kemarin kamu yang mengingatkanku bahwa kemarin itu hari libur?”
“Tidak, Clary, Tidak. Aku tidak mengatakan apapun kepadamu.”
“Ah, Entahlah. Menyebalkan.” Aku langsung membalik badanku dan menuju kamarku.
            Sebenarnya aku kenapa? Apakah kemarin itu hanya mimpi. Tapi Mr. Luis? Project ku? Crishtina? Aku tak mengerti apa yang terjadi, bahkan aku tidak tahu mana mimpi mana kenyataan. Mungkin saat ini aku sedang bermimpi atau bahkan tidak, apakah kemarin itu memang benar terjadi atau tidak. Entahlah, aku bingung apa yang harus aku lakukan. Ya tuhan, tolong aku.
                                                                               * * *
“Clary… Tunggu aku?”
tiba-tiba luke memanggilku
“Kemarin kamu ngapain ke sekolah?
“Oh, kemarin. Emm, aku hanya salah hari saja. Tadinya aku kira kemarin itu hari senin?”
“Loh memang di asramamu tidak ada kalender?
Memang kamu tidak ngecek Handponemu?”
“Aku tak berfikiran untuk malakukan hal itu sama sekali, soalnya Crishtina bilang bahwa kemarin lusa itu hari libur, dan aku percaya. Dan aku berfikir jika hari itu hari libur, berarti besok senin, dsn aku berangkan pagi-pagi kesekolah?” jelasku singkat
“Emm, benar juga sih. Kok malah aku ikutan bingung yah? Haha entahlah jangan terlalu dipikirakan mungkin kau hanya bermimpi, mending kita ke kantin saja.”
“Baiklah.” Akupun menerima ajakan Luke untuk makan di kantin lagi pula hari ini aku ada olahraga dan aku belum sarapan.
            Saat aku sedang berlari untuk memulai pemanasan, tiba-tiba pandanganku berkunang-kunang, gelap, badanku lunglah dan, Bruukkk…. oh tidak ini terjadi lagi.
                                                                        *******
            Aku membuka mataku, dan ternyata aku ada di asrama. Bukanya tadi aku di sekolah. Oh god, lagi lagi ini terjadi, lagi.
Tok.. tok.. tokkk..
“Masuk.” Kataku
“Hey Clary, kamu baru bangun”
“Crisss bukannya aku ada disekolah tadi? Lalu kenapa aku ada disini? Kenapa criss? Aku takut, aku takut criss, aku tidak bisa menyadari mana alam mimpiku dan mana alam sadarku?” jelasku pada cristinaa
“Sudah tak apa,Mungkin kamu lelah Clary. Aku pulang dulu yaa inikan sudah jadwalku untuk pulang?”
“Loh, bukanya ini hari selasa?”
“Bukan Clary, ini hari rabu?”
“Hah… Apa benar yang dikatakan pak satpam bahwa aku ini sudah pikun? Lah, entahlah.”
“Sudah, tak apa sudah aku bilangkan mungkin kamu lelah. Aku pulang dulu ya bye?”
“Bye.”
Crishtina akhirnya pulang ke kampung halamanya dan akupun hanya diam merenungi apa yang sudah terjadi. Aku bimbang sebenarnya apa yang terjadi. Untuk melepas rasa bimbangku akhirnya, aku memutuskan utuk berjalan jalan di taman kota.
“Hay, Clary. Tumben kamu kemari.” Tegur Luke padaku
Lagi-lagi dia. Gumamku.
“Aku hanya ingin  melepas penatku” jawabku ketus
“Kok, kamu kemarin tidak berangkat sekolah, Kenapa?”
“Loh, bukanya aku berangkat?”
“Tidak, kemarin Crishtina yang bilang kalo kamu tidak keluar dari kamarmu. Dan Crishtina mengira kamu sakit.” Papar Luke.
“Oh god, terjadi lagi. Sudahlah tak usah membahas itu lagi. Aku tak tau pa yang terjadi padaku” Aku meninggalkan luke dengan ketus dan bergegas menuju asrama.
Aku terus saja memikirkan apa yang sudah terjadi padaku, apakah ini semua mimpi. Aku terus saja melamun dalam diamku, sampai-sampai aku tertidur.
                                                            ******
Pagi-pagi sekali aku berangkat kesekolah, dan semuanya baik baik saja seperti biasanya. Dan aku kembali berfikir, tak ada yang ganjil semua baik-baik saja lantas apa yang perlu aku pikirkan. Sudah Clary, tak ada lagi yang perlu kau khawatirkan. Gumamku.
Teett.. teett… teett..
Bel pulang berbunyi, aku langsung melangkah pulang menuju asrama. Aku berjalan dengan lunglai menuju asrama dengan pikiran yang semrawut. Sesampainya di asrama aku membuka pintu dan alangkah terkejutnya ketika Cristina dan teman temanku sudah ada di kamarku.
“Surpise…” Sorak mereka.
“Loh, kalian ngapain disini bukanya hari ini hari kamis?
Sedangkan ulang tahunku selasa kemarin?”
“Hahahaha…” mereka tertawa, dan akupun mulai kesal
“Umm, begini Clary. Sebenarnya, hari ini hari selasa?” jelas Luke kepadaku
“Oh, tidak ini pasti mimpi. Atau aku sudah gila. Oh, tidak. God tolong aku”
“Kamu tidak mimpi Clary?” timpal Crishtina
“Jika semua ini benar terjadi, tolong seseorang jelaskan padaku. Sebelum akhirnya aku menjadi gila.”
“Jadi begini.. Sebenarnya semua yang kamu alami itu benar adanya.  Dan kejadian Mr. Luis, Project mu? Cristina? Satpam? Olahraga? Itu semua nyata, dan itu bukan mimpimu.” Tutur Crishtina lembut
“Itu semua hanya akal-akalan kita saja. Karena kita tahu , jika kamu sedang kelelahan dan pikiranmu sedang stress kamu mudah sekali dibohongi. Karena itulah kita gunakan kesempatan ini untuk memberimu kejutan di hari ulang tahunmu dan ternyata ide kami ini berhasil.” Ungkap Crishtina bangga
“Tapi, sebenarnya kami melakukan hal seperti itu bukan semata-mata untuk merendahkanmu karena kau mudah di bohongi. Namun kami bertindak seperti ini agar kamu sadar, dan tidak mudah dibohongi Clary. Semua ini karena Kita semua sayang kamu. “ Sembari Crishtina memelukku diikuti oleh teman-temanku yang lainnya.
Aku terpana oleh kata-kata Crishtina dan akupun menitihkan air mataku. Lalu aku tersadar jika aku jangan mudah untuk dibohongi orang. Karena ini hari ulang tahunku, aku pun langsung meniup lilin make a wish di hari dimana aku lahir dan menikmati hari itu bersama teman dan sahabat terbaiku. Tapi tetap saja ada perasaan malu yang tersembunyi di balik itu semua, aku merasa amat bodoh bisa-bisanya aku mudah sekali percaya akal bulus mereka. Tetapi, aku sangat lega karena ini hanya akal-akalan dari sahabatku. Tetapi memang terkadang hidup itu seperti mimpi entah kapan kita bisa terbangun dari mimpi itu, ahh sudahlah sudah cukup aku tidak ingin membahas lagi yang namanya mimpi atau kenyataan yang terpenting kita bisa menjalaninya dengan baik dan buat sebuah skenario yang indah di waktu yang sedang kita jalani.
* * *

         -TAMAT-


Ditulis oleh : Winie Hindawati & Pambayun Rizki A.
                                                                                        


Senin, 23 Maret 2015

Hujan

Petir menyambar, kilat pun menerangi kegelapan. Saat itu aku yang sedang sekolah baru akan melangkah pulang. Ketika aku akan pulang aku melihat sosok yang sudah aku kenal lama. Yaa dia hanna teman karibku dia sangat pintar, rajin dan cantik. Aku mengenalnya saat pertama aku masuk di sekolahan. Aku merasa nyaman di dekatnya. Sampai saat ini aku masih bersama dengannya. Kemudian, aku mencoba mamanggil hanna, dia pun menoleh dan menawarkan tumpangan untuk mengantarku pulang dan aku menerima tawarannya. Saat dijalan. Aku bertemu seorang yang tak aku kira ternyata dia Harry temanku sejak aku smp dia tersenyum padaku, aku membalas senyumanya. Saat aku akan sampai rumah tiba tiba motor yg kami naiki terserempet orang. Aku yg sedang melamun pun kaget dan aku segera bangun dari lamunanku. Saat aku berusahan bangkit dan mencoba mengangkat sepeda motor yang menimpaku tiba tiba datang diaa Abbas seorang yang kemarin sore pulang bersamaku. Dia membangunkan motor yang menimpaku dan aku dia menyelamatkanku dengan membopongku ke tempat teduh.[]

Minggu, 22 Maret 2015

Apa ini yang namanya cinta?

Malam. Saat aku menjejakan kakiku di kediamanku matahari sudah tergelincir diufuk barat sedari tadi, perasaanku masih dilanda oleh rasa yang amat bahagia. Bayangan wajahnya tak kunjung hilang dari penglihatanku seolah akulah manusia paling bahagia di saat itu. .... Tak ada habisnya fikiranku dirasuki oleh bayanganya, aku tak kuasa saat aku mengingat-ingat kembali perbincangan kita tadi. Singkat tapi bermakna, pertanyaan sederhana tapi membuatku melayang entah kemana. Entahlah. Mungkin aku terlalu berlebihan namun inilah nyatanya. Aku terus memikirkanya terus dan terus. Sampai suatu ketika. Ada sebuah pesan masuk di emailku, dan aku membukanya. Tenyataaa itu pesan darinya akupun tak percaya apakah ini nyata atau hanya mimpi belaka? Aku masih tak percaya dan tak percaya. Apa dia merasa apa yang kurasa? Berkali kali aku bertanya pada diriku sendiri? Apa benar ini dia? Apakah ,Apakah ini yang namanya cinta? []

Sabtu, 21 Maret 2015

Kutemukan benih perasaan itu?

Yaa, next setelah aku melangkah melanjutkan tujuanku sampai ke sebrang akupun mulai mencari siapakah gerangan yang memanggilku. Akupun menoleh ada sosok seorang di belakangku dengan jalan ciri khas nya dan aku tau dia siapa. Saat itu aku menyadari ternyata dia seorang yang hanya aku tau namanya dan kami pun memulai berbincang dari yang di anggapnya penting sampai hal konyol yang seharusnya tidak ditanyakan. Entahlah. Setelah cukup lama akhirnya perbincangan itupun berakhir karna arah rumah kami yang tak sejalan. Kamipun berpisah di simpang lima. Aku melanjutkan langkahku dengan hati riang menuju kediamanku di sebuah gang kecil. Aku melanjutkan perjalananku dengan ha i berbunganga bunga. Dan. Disitulah Lantas aku temukan sebutir perasaan itu sebelum akhirnya aku tanamkan. []

Pagi

Selamat pagi.
Bagiku hari selalu pagi, diantara potongan 24jam pagi adalah hal yang indah dimana  harapan-harapan baru datang dimana janji janji baru menghampiri. Bagiku pagi adalah segalanya.
Seperti waktu itu, diman saat itu aku dan dia(?) belum saling kenal. Waktu itu Pagi terasa lebih cepat dari biasanya dan siang terasa lebih panjang tak seperti pada umumnya, ya hari itu hari jumat dimana setiap sorenya ada Romusha yang wajib utuk siswa kelas 10. Setelah kegiatan tersebut selesai kiranya setelah magrib akupun pulang dan saat aku mulai menapakan kakiku ke jalannan aspal tiba tiba ada yang memanggilku dan inilah kisahku.